KATA ‘ain secara bahasa Arab yang artinya penglihatan (mata) atau pandangan/nadhrah . Secara istilah, ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata seorang yang hasad (dengki, iri).
Orang yang dengan matanya , menyebabkan penyakit pada orang lain disebut dengan ‘ain dan orang sakit karena pandangan mata orang lain disebut dengan ma’in . Hasad merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada diri orang lain.
Seseorang yang memiliki penyakit hasad tidak akan pernah merasakan bahagia sebelum orang lain menderita atau ia akan menderita saat orang lain merasakan kebahagiaan dengan nikmat yang Allah SWT berikan, maka ia akan berusaha dengan berbagai cara untuk membuat orang lain susah, menderita atau tidak bahagia dan hilangnya kenikmatan darinya, diantaranya dengan menggunakan pandangan mata jahatnya (‘ain ). Adapun pandangan mata biasa yang bukan berasal dari Jiwa yang hasad tidaklah berbahaya.
Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kita doa agar terhindar dari ‘ain :
أو بكلمات الله التامة من كل شيطان وهامة ومن كل
عين لامة
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, binatang berbisa dan setiap ‘ain (pandangan mata) yang jahat.” (HR: Bukhari).
Mata jata bisa mematikan
Penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata yang jahat adalah benar dan nyata terjadi dan sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA:
العين حق ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين
“‘ain itu nyata, seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir maka Mainlah yang dapat mendahuluinya.” (HR: Muslim).
Rasulullah ﷺ juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah RA
أكثر من مؤ من أمتي بعد قضاء الله وقدره بالأنفس
“Kebanyakan orang yang meninggal dari umatku setelah keputusan Allah dan takdirnya adalah disebabkan oleh ‘ain.” (dalam Nailul Authar).
Sumber Penyakit ‘Ain
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa penyebab ‘ain adalah penyakit hasad yang menjangkit jiwa manusia, maka setiap pandangan kebencian, kedengkian dan iri terhadap kenikmatan orang lain akan berdampak negatif bagi orang tersebut. Denganya seseorang yang sudah terkena ‘ain akan merasakan sakit secara tiba tiba, tanpa sebab dhahir yang mendahuluinya.
Penyakit ‘ain ini tergolong penyakit yang sulit disembuhkan sebelum ‘aain (orang yang memiliki ‘ain ) ikhlas mencabut ‘ain nya. Disamping itu ‘ain juga dapat terjadi dari pandangan kekaguman terhadap keindahan fisik seseorang, makhluk hidup lain atau benda mati.
Sumber Penyakit ‘Ain
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa penyebab ‘ain adalah penyakit hasad yang menjangkit jiwa manusia, maka setiap pandangan kebencian, kedengkian dan iri terhadap kenikmatan orang lain akan berdampak negatif bagi orang tersebut. Denganya seseorang yang sudah terkena ‘ain akan merasakan sakit secara tiba tiba, tanpa sebab dhahir yang mendahuluinya.
Penyakit ‘ain ini tergolong penyakit yang sulit disembuhkan sebelum ‘aain (orang yang memiliki ‘ain ) ikhlas mencabut ‘ain nya. Disamping itu ‘ain juga dapat terjadi dari pandangan kekaguman terhadap keindahan fisik seseorang, makhluk hidup lain atau benda mati.
اللهم إني أسألك العفو والعافية في الدنيا والاخرة . الة اني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي اللهم استر عوراتي وآمن روعاتي . ال اقظني من بين بدی ون خلفي ون بيني وعن شمالي ومن فوقي واو بعظمتك أن أتاك من تحتي
“Ya Allah, aku memohon kepada ampunan dan kebaikan dalam agama, dunia, keluarga, dan harta kekuvaanku. Ya Allah, tutupkah auratku dan selamatkanlah dari rasa takutku. Ya Allah, lindungilah aku dari belakang, kanan, kiri, dari atas. Dan aku berlindung kepada keagunganMu dari gempa bumi.” ‘Ubadah berkata, “Saya tidak mengenal baik doa Nabi ini maupun ucapan Jubair. Tidaklah aku beroleh nikmat pagi ini baik dari usahaku maupun dari salah seorang mahluk-Mu melainkan semata-mata dari sisi-Mu Yang Ersa, tiada sekutu bagi-MU; Kepunyaanmulah segala puji dan rasa syukur, maka dia telah melaksanakan syukur untuk hari itu.” (HR: Ibnu Hibban).*/Ahmad Ahid, LC, Ruqyah Online Solusi Pandemi
Rep: Ahmad
Sumber : www.hidayatullah.com