Syekh As-Sya’rawi menjelaskan bahwa perintah Allah kepada manusia untuk segera mencari ampunan-Nya dan berbuat amal baik karena kehidupan dunia tidaklah pasti.
Hidayatullah.com | SEBAGAI seorang hamba Allah, kita semua menyadari bahwa setiap manusia tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Meskipun berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, terkadang kita terjebak dalam kelalaian dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Namun, Allah yang Maha Pengampun memberikan jalan bagi umat-Nya untuk kembali kepada-Nya melalui pintu tobat yang senantiasa terbuka lebar. Dalam Islam, bersegera menuju ampunan Allah adalah langkah penting dalam menjaga kedekatan dengan-Nya dan meraih rahmat-Nya.
Dalam QS Ali Imran ayat 133, Allah berfirman;
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
“Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan Surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Ali Imran: 133).
Dalam ayat-ayat yang lebih awal, Allah menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang bertakwa dan karakteristik orang yang beriman, serta pentingnya selalu bersabar, berjihad dan menjaga kehormatan dalam segalah hal yang kita lakukan dalam kehidupan ini.
Dalam ayat ini, Allah juga mengingatkan tentang pentingnya menahan diri dari agar kita tidak melakukan dosa dan kesalahan.
Dalam ayat 133 ini juga, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman kepada Allah untuk bersegera mencari ampunan-Nya dan mempersiapkan diri untuk mendapatkan surga yang luas.
Hal ini bisa kita pahami sebagai kelanjutan dari penjelasan sebelumnya, di mana orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang menjaga diri dari perbuatan dosa dan melakukan amalan yang baik, diharapkan untuk terus berusaha memperbaiki diri dengan taubat dan perbuatan yang membawa kepada keridhaan Allah.
Imam Al-Qurtubi menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa ayat ini mengandung perintah untuk bersegera kepada ampunan Allah melalui berbagai macam ketaatan.
Kata “wasaari’uu” (bersegeralah) mengandung makna perintah untuk bergegas dan tidak menunda dalam melakukan kebaikan. Beliau menegaskan bahwa ini mencakup segala bentuk ketaatan seperti shalat tepat waktu, bersedekah, berbakti kepada orang tua, dan amalan-amalan wajib maupun sunnah lainnya.
Menurut beliau, kalimat “ila maghfiratin” (kepada ampunan) menunjukkan bahwa ampunan Allah dapat diraih dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Selanjutnya, Al-Qurtubi menafsirkan kalimat “wa jannatin ‘arduhas samaawaatu wal ard” (dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi) sebagai perumpamaan keluasan surga yang tak terbayangkan. Ketika menafsirkan “u’iddat lil muttaqin” (yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa), beliau menjelaskan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keimanan.
Mereka memiliki sifat-sifat mulia seperti dermawan dalam segala kondisi, mampu menahan amarah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Imam At-Thabari menjelaskan bahwa dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan untuk bergegas menuju ampunan-Nya dengan melakukan berbagai macam ketaatan. Kata “sâri’û” (bersegeralah) menurut beliau bermakna “berlomba-lombalah” dan “bersegeralah” dalam melakukan amal-amal yang dapat mendatangkan ampunan dari Allah SWT.
Imam At-Thabari mengutip beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa cara mendapatkan ampunan tersebut adalah dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Pada bagian kedua ayat ini, At-Thabari menafsirkan tentang “surga yang luasnya seluas langit dan bumi”.
Beliau menukil beberapa pendapat ulama yang menyatakan bahwa jika luasnya saja seperti langit dan bumi, maka dapat dibayangkan betapa besarnya surga tersebut.
At-Thabari juga menjelaskan bahwa surga ini diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa (muttaqin), yaitu mereka yang menjaga diri dari azab Allah dengan menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhi maksiat.
Menurut beliau, takwa yang dimaksud mencakup semua bentuk ketaatan kepada Allah dan penghindaran dari segala yang dilarang-Nya.
Syekh A-Sya’rawi menjelaskan ayat ini bahwa perintah Allah kepada manusia untuk segera mencari ampunan-Nya dan berbuat amal baik karena kehidupan dunia tidaklah pasti.
Selanjutnya Syekh As-Sya’rawi menjelaskan bahwa; “Surga itu lebarnya selebar langit dan bumi”, ini bukan panjang kali lebar, karena ini hanya sebagian kecil dari alam semesta yang luasnya melampaui langit dan bumi.
Kata “disediakan” menunjukkan bahwa Surga telah sempurna diciptakan dan keindahannya tak terbayangkan, tak pernah terlihat atau terdengar, bahkan tak pernah terlintas dalam pikiran manusia.
Kesimpulan
Pada Surah Ali Imran ayat 133 memberikan pelajaraan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Sebesar apapun dosa yang dilakukan oleh manusia namun ampunan allah lebih besar dari semua itu.
Karna ampunan Allah Subhanahu Wata’ala adalah salah satu Rahmat terbesarnya kepada makhluk. Oleh karena itu seyogyanyalah kita menyegerakan diri untuk selalu bertaubat dan meminta ampunan kepada allah sang pencipta, karna allah adalah satu-satunya dzat yang memberikan ampunan.
Begitu juga dengan ibadah yang menjadi prioritas amal seorang hamba kepada Sang Kholiq yang sudah seharusnya dijalankan dan menjadi tonggak utama dalam kehidupan sehari-hari.
Maka, tidak ada alasan seorang hamba untuk menunda-nunda ibadah yang bertujuan untuk meraih keridhoan Allah. Sehingga dengan ridho-Nya tersebut mengantarkan kita kepada balasan Surga yang luasnya sepanjang langit dan bumi yang dikaruniakan kepada orang yang bertaqwa dan beramal soleh.*/ Malik Fajar Assobari Harahap, Email: malikfajarharahap@gmail.com